Kisah Lucu dan Penuh Hikmah, Abu Nawas Menyamar Jadi Orang Buta
Meski seorang sufi, Abu Nawas yang hidup di zaman
Raja Harun Al Rasyid dari Dinasti Abbasiyah itu lebih menampakkan diri sebagai
seorang yang kontroversial.
Sikapnya yang tampak kontroversi tidak lain sebagai
bentuk kritik terhadap kondisi maupun situasi sosial yang dinilai timpang.
Sikap kontroverisnya ditampakkan dengan jenaka.
Karenanya, kisah kecerdikan dan kelucuan Abu Nawas seakan tidak pernah habis
untuk diceritakan.
Pada suatu ketika Abu Nawas bersama beberapa orang
temannya sedang duduk bercerita, setelah mereka selesai mengikuti sembahyang
Jamaah Maghrib mereka bercerita tentang kehidupan keagamaan.
Kebetulan mereka
menyinggung suatu masalah yang
mengatakan bahwa orang buta itu tidak berdosa karena pintu masuknya dosa
tertutup baginya. Alasannya karena matalah yang selalu melihat ke sana kemari
yang dapat mendatangkan dosa akan tetapi Abu Nawas tidak menyetujui pendapat
tersebut dan berniat akan membuktikannya.
Keesokan harinya Abu Nawas berjalan-jalan dengan
maksud untuk bertemu dengan orang buta, dia ingin membuktikan pendapatnya bahwa
orang buta pun dapat pula berbuat dosa. Ia juga menyiapkan pundi-pundi dan
mengisinya dengan uang Ringgit.
Tidak beberapa lama Abu Nawas berjalan, ia
benar-benar menemukan orang buta. Abu Nawas memperhatikan gerak-gerik orang
buta itu yang sedang berjalan dengan tongkatnya, kemudian ia berpura-pura-pura
menjadi orang buta sambil membawa tongkat dan sengaja menabrak orang buta itu.
“Aduh sungguh malang nasibku sebagai orang buta
ditabrak oleh orang yang tidak memiliki rasa belas kasihan,” ujar Abu Nawas.
Orang buta itu heran mendengar keluhan orang yang
ditabraknya, “maaf saya juga orang buta Saya tidak dapat melihat dan hanya
dapat berjalan dengan bantuan tongkat ini. sekali lagi mohon maaf karena
sungguh-sungguh saya tak sengaja,” ujar orang buta tersebut.
“ Oh engkau juga buta ya?,” tanya Abu Nawas
pura-pura tidak tahu.
“Iya saya buta peganglah tongkatku ini, orang buta
pasti kan memakai tongkat untuk berjalan,” jawab Si Buta.
Abu Nawas pun memegang tongkatnya begitu pula
sebaliknya Si Buta juga meraba tongkat Abu Nawas untuk membuktikan bahwa mereka
adalah orang-orang yang buta.
“Kalau begitu kita senasib, saudara Bagaimana kalau
kita mencari rezeki bersama-sama?,” ajak Abu Nawas.
Orang buta itu pun menyetujui ajakan Abu Nawas, mereka berjalan bersama-sama dengan orang buta itu.
Di tengah perjalanan Abu Nawas berpura-pura mau
kencing dan meminta tolong kepada Si Buta agar pundi-pundinya yang penuh berisi
uang dipegangkan dahulu dengan baik-baik. Sementara Abu Nawas pura-pura kencing
Ia terus memperhatikan tingkah laku Si Buta.
Kemudian Si Buta meraba-raba pundi-pundi itu dan
hatinya mulai tergoda untuk memiliki isinya.
“Wah pundi-pundi banyak sekali isinya lebih baik aku
mengambilnya lalu pergi pasti ia tak dapat mencariku karena ia juga buta,”
fikir Si Buta tersenyum.
Lalu ia meninggalkan Abu Nawas dan mencari tempat
persembunyian agar si Abu Nawas tidak dapat menemukannya. Dalam situasi
demikian Abu Nawas berpura-pura mencari si buta dan meminta pertolongan kepada
Tuhan.
“Ya Tuhan Malang benar nasibku tadi saya ditabrak
orang sekarang uang saya yang dilarikan orang. sial benar aku, ya Tuhan Semoga
Orang yang mengambil uang saya terkena lemparan batu ini tepat pada tulang
keringnya. Biar tahu rasa dia,” ujar Abu Nawas.
Setelah itu dengan jitu Abu Nawas melempari si buta
dan persis kena tulang keringnya. “Aduh aku kena,” gumam Si Buta meringis
kesakitan.
Hal ini membuat Si Buta kelabakan, ia segera
beranjak mencari lagi tempat kerugian untuk menghindari Abu Nawas akan tetapi
Abu Nawas yang pura-pura buta itu mengikuti Si Buta kemanapun ia pergi. Setelah
dekat Abu Nawas memohon lagi kepada Tuhan. “Ya Tuhan Semoga Orang yang
mengambil pundi-pundiku terkena lagi lemparan batu pada kepalanya,” ujar Abu
Nawas.
Tak lama kemudian terdengar lagi suara kesakitan
dari si buta “Aduh kena lagi nih kepalaku jadi benjol,” ujar Si Buta memegangi
kepalanya yang benjol.
Si Buta pun panik dan heran “kok doanya terkabul
lagi. Ah itu hanya kebetulan,”
Kemudian ia menghindar lagi dan terus menghindar
tetapi Abu Nawas tetap mengikutinya terus secara berturut-turut. Abu Nawas berdoa lagi sambil melakukan
lemparan beruntun kepada si buta dan selalu tepat yaitu tepat mengenai perut, dada
dan terakhir muka.
“Mengapa semua sasaran yang akan dilempar selalu
tepat mengenainya?,” dipikirnya lagi Hingga berkerut keningnya.
Si Buta makin
heran ia curiga tak lama kemudian barulah Si Buta menyadari bahwa temannya itu
Abu Nawas mempermainkannya.
“kalau begitu saudara tidak buta saudara hanya
mempermainkan saya. Ambillah kembali pundi-pundi mu ini,” ujar si buta
tersebut.
Akhirnya Si Buta menyerahkan pundi-pundi itu kepada
Abu Nawas dengan penuh kesedihan dan penyesalan terhadap nasibnya. Abu Nawas
sendiri pulang sambil tersenyum kegelian ia puas karena dapat membuktikan bahwa
orang buta dapat juga berbuat dosa.
Komentar