Rela Menyamar Jadi Pengemis, Abu Nawas Buat Sayembara untuk Anak Muridnya
Dalam kesibukan Abu Nawas, ia selalu menyempatkan waktunya mengajar anak-anak ilmu agama. Setiap sore sehabis Ashar dengan sangat antusias anak-anak didiknya berangkat menuju rumah Abu Nawas, mereka semangat untuk belajar mendalami ilmu-ilmu agama. dari sekian banyak murid yang diasuhnya ada salah satu murid yang bernama Ahmad. Ahmad ini murid pendiam tapi juga pintar. Bahkan ia mendapat perhatian khusus dari Abu Nawas hal ini membuat murid-murid yang lain merasa cemburu kepada Ahmad terutama murid-murid yang sudah senior.
Kemudian beberapa murid memberanikan
diri menghadap Abu Nawas.
“Tuan Guru boleh saya bertanya?,”
“Tentu saja boleh apa yang ingin kalian
tanyakan,” ucap Abu Nawas.
“Kenapa sih Tuan Guru ada perhatian
lebih kepada Ahmad?,” tanya mereka.
Abu Nawas sontak kaget mendengarnya ternyata
sikapnya terhadap Ahmad selama ini jadi sorotan murid-murid yang lain.
“Kalian Kenapa bertanya seperti itu?,”
Tanya balik Abu Nawas.
“Dia akan murid baru Tuan Guru,
sedangkan kami sudah lama kami jadi murid Tuan Guru,” balas mereka.
Abu Nawas menangkap Ada kecemburuan pada
diri mereka atas perhatian dirinya kepada Ahmad agar tidak menjadi salah paham
lalu Abu Nawas mengumpulkan seluruh murid-muridnya.
“Wahai anak-anakku sekalian besok ada
sayembara untuk kalian,” tutur Abu Nawas.
“Sayembara apa, Tuan Guru?,” sahut
murid-muridnya penasaran.
“Besok kalian harus membawakan saya buah
kurma, bagi siapa saja yang buah kurmanya paling manis maka dialah pemenangnya
dan sebagai hadiahnya saya berikan sorban yang indah,” kata Abu Nawas
menjelaskan.
Mereka pun antusias dengan sayembara
yang diadakan oleh Abu Nawas, singkat cerita pada keesokan harinya mereka
berlomba-lomba mencari buah kurma yang paling manis ada yang sampai rela beli
di pasar dengan harga yang cukup mahal dengan harapan supaya menjadi
pemenangnya. Ada pula yang memetik di kebun kurma milik orang tuanya sendiri.
Sementara Ahmad yang merupakan anak yatim dan miskin hanya mempunyai tiga buah
kurma di rumahnya meskipun kurma yang ia punya bukan kurma terbaik tapi Ahmad
antusias untuk mengikuti sayembara gurunya.
Setelah masing-masing dari mereka mendapatkan
kurma yang diinginkan mereka segera berangkat menuju rumah Abu Nawas. Begitu
juga dengan Ahmad ia membawa 3 buah kurma miliknya, saat ia berjalan menuju
rumah Abu Nawas Di tengah perjalanan Ahmad melihat anak kecil sedang duduk
sambil menangis karena merasa iba Ahmad pun menghampirinya.
“Kamu kenapa?” tanya Ahmad.
“Saya ingin makan buah kurma tapi saya
tidak punya uang,” jawab anak kecil tersebut.
“Ini saya ada buah kurma silahkan kamu
ambil,” balas Ahmad sambil memberikan satu butir buah kurma. Anak kecil itu
langsung tersenyum bahagia. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Ahmad
kemudian Ahmad melanjutkan perjalanannya kini kurma yang di tangannya tinggal 2
butir. Di saat itulah datang Abu Nawas menyamar sebagai pengemis ia menghampiri
Ahmad dan berkata “Saya lapar sekali berilah saya makanan,” melihat hal itu
Ahmad pun kembali merasa iba “tapi saya hanya punya dua butir kurma kek” jawab
Ahmad.
“Tidak mengapa berilah saya satu,
satunya untuk bekal kamu,” balas Abu Nawas.
Ahmad lalu memberikan satu butir kurma
miliknya. Lantas ia melanjutkan perjalanan dengan membawa satu butir kurma yang
tersisa. Begitu juga dengan murid-murid yang lain. Mereka diuji Abu Nawas
dengan menyamar sebagai pengemis tua tapi tak ada satupun dari mereka yang rela
memberikan kurmanya “enak saja ini buah kurma terbaik dan harganya mahal,”
jawab Salah satu muridnya.
“Bukankah buah kurma yang kamu bawa itu
banyak? berilah saya satu saja,”pinta Abu Nawas.
“Tidak bisa ini kurma mau buat sayembara
dan saya harus memenangkannya,”balas si murid.
Kemudian murid tersebut meninggalkan si
pengemis yang sebenarnya adalah Abu Nawas gurunya sendiri setelah
murid-muridnya sampai di rumah Abu Nawas masing-masing dari mereka membanggakan
kurma yang dibawanya “aku pasti pemenangnya karena kurma yang aku bawa rasanya
manis sekali,” ujar salah satu murid.
“Belum tentu pastilah aku yang menang
sebab kurma yang aku bawa bukan hanya manis tapi jumlahnya lebih banyak dari
yang kamu bawa,” timpal murid lainnya.
Tidak Berapa lama datanglah Ahmad dengan
membawa sebutir buah kurma, melihat buah kurma yang di bawah Ahmad teman-temannya
ini menertawakannya.
“Kurma jelek begitu dibawa kemari udah
gitu jumlahnya cuman satu,” celetuk salah satu temannya. Mereka pun kembali
tertawa terpingkal-pingkal, sikap teman-temannya ini membuat Ahmad menjadi
minder. Ia pun membalikkan badannya untuk kembali pulang namun tiba-tiba
keluarlah Abu Nawas dari dalam rumahnya.
“Hai Ahmad jangan pulang dulu ayo ke
sini,” teriak Abu Nawas memanggilnya lalu Ahmad disuruh berkumpul dengan
murid-murid yang lain.
“Apakah kalian sudah membawa kurma yang
paling manis?,” tanya Abu Nawas.
“Sudah Tuan Guru,” jawab murid-muridnya
penuh semangat.
Kemudian Abu Nawas menyuruh untuk
menunjukkan kurma yang mereka bawa, satu persatu muridnya meletakkan kurma di
hadapan Abu Nawas termasuk Ahmad yang hanya membawa sebutir buah kurma. Setelah
semuanya terkumpul Abu Nawas pun berkata kepada murid-muridnya “Sepertinya aku
sudah menemukan pemenangnya,”ujar Abu Nawas.
“Siapa pemenangnya Tuan Guru?,” tanya
mereka dengan hati berdebar.
“Pemenangnya adalah Ahmad,” jawab Abu
Nawas.
Keputusan Abu Nawas ini tentu saja
menuai protes dari murid-muridnya “Tuan Guru tidak adil masa kurma jelek begitu
bisa menang,” ucap mereka tidak terima.
Dengan wajah tersenyum Abu Nawas pun
menjelaskan “Tahukah kalian saat kalian membawa kurma kemarin saya uji kalian
dengan menyamar sebagai pengemis tapi tak ada satupun diantara kalian yang mau
memberikannya kecuali Ahmad, memang buah kurma yang dibawa Ahmad kalah bagusnya
dengan kurma yang kalian bawa. Buah kurma kalian lebih manis tapi ingat buah
yang paling manis adalah buah yang diberikan kepada orang yang kelaparan. Sejatinya
buah yang paling manis adalah kebajikan, oleh sebab itulah meskipun buah kurma
yang dibawa Ahmad adalah buah biasa tapi karena kebajikannya inilah membuat
buah kurma yang dibawa Ahmad menjadi paling manis di antara buah kalian,”
terang Abu Nawas.
Komentar