Kisah Abu Nawas Menebak Kematian Hakim, Raja Harun Ar-Rasyid Sampai Tertawa Terpingkal-pingkal
Ilustrasi Abu Nawas yang mendapat hadiah 30 keping emas dari Raja Harun Ar Rasyid. (Foto : Portal Majalengka)
Jika berbicara
orang cerdas tapi bertingkah konyol, salah satunya yang terkanal di dunia
Adalah Abu Nawas. Dia adalah seorang penyair berkebangsaan Arab yang hidup di
zaman Dinasti Abbasiyah, saat itu rajanya adalah Harun Ar Rasyid. Raja Harun Ar
Rasyid sendiri adalah sosok yang cerdas dan murid Imam Malik. Namun Abu Nawas
selalu punya cara lepas dari 'jebakan' raja.
Dikisahkan,
bahwa tingkah lucu Abu Nawas sempat membuat Raja Harun ar-rasyid tertawa terpingkal-pingkal.
Pada suatu
hari, Raja Harun ar-rasyid menyelenggarakan syukuran nama bayi. Pada syukuran
kali ini Baginda Raja tidak mengundang Abu Nawas karena dianggap akan
mengacaukan acara, tetapi bukan Abu Nawas namanya jika kehabisan akal. Abu
Nawas pun hadir meskipun tanpa diundang, setibanya di istana dia langsung
membaur dengan tamu undangan.
“Para hadirin
sekalian saya ingin mengumumkan mulai hari ini nama bayi Ini adalah japnib,”
kata Baginda Raja. “Jangan bagindang
jangan diberi nama japnip,”ujar salah salah satu tamu protes Baginda Raja. Ternyata
tamu yang protes tersebut adalah Abu Nawas.
Baginda Raja
pun kaget, “Bagaimana mungkin Abu Nawas datang kemari?,” gumam Raja Harun
ar-rasyid.
Tapi Baginda
Raja membiarkan kedatangan Abu Nawas, “Kenapa kamu protes atas nama yang aku
berikan?,” tanya Baginda Raja.
“Biasanya
orang yang bernama japnib orangnya bodoh Baginda, lebih baik diganti dengan
nama lain saja,” kata Abu Nawas tanpa beban.
Raja Harun
ar-rasyid merasa dipermalukan oleh Abu Nawas di depan para tamu undangan.
“Mana buktinya
kalau orang yang bernama jabnip itu bodoh? Kalau kamu tidak bisa menjawab akan
aku hukum pancung,” ancam Baginda Raja.
“Tentu, saya
bisa membuktikannya Baginda. Baginda tahu Hakim yang namanya japnib dia Hakim
bodoh,” kata Abu Nawas. “Tapi untuk membuktikan kebodohannya Saya membutuhkan
30 keping emas,” tambah Abu Nawas.
Raja Harun
ar-rasyid pun menyetujui karena bakal ada tontonan menarik dari Abu Nawas. Hari
itu Abu Nawas pulang dengan 30 keping emas.
Keesokan harinya Abu Nawas datang ke rumah Hakim jatnib
dan membawa uang 10 keping emas. Ketika sang
Hakim sedang berzikir diam-diam Abu Nawas menyelipkan keping emas tersebut di
bawah Sajadah lalu Abu Nawas tertawa terbahak-bahak sehingga membuat sang Hakim
heran.
“Kenapa kamu
tertawa Abu Nawas?,” kata Hakim.
“Burungmu
dalam sangkar itu berkata bahwa ada 10 keping emas di bawah sajadahmu,” kata
Abu Nawas.
Dengan rasa
ragu Hakim tadi menyingkap sajadahnya dan mendapati 10 keping emas. Dia
kemudian tersenyum bahagia dan percaya kalau Abu Nawas mengerti bahasa burung.
Keesokan harinya Abu Nawas melakukan hal yang sama
dengan membawa 10 keping emas sementara hari ketiganya Abu Nawas tidak membawa
keping emas. Saat ketemu Hakim di rumahnya Abu Nawas malah menangis tidak
seperti dua hari sebelumnya.
“Kenapa kamu menangis
Abu Nawas?,” tanya Sang Hakim.
“Burungmu
berkata bahwa kamu akan mati besok,” kata Abu Nawas
Sang
Hakim pun percaya sambil gemetaran.
“Tetapi sang
raja meminta solusi pada Abu Nawas agar perkataan burungmu tidak terjadi maka
pura-pura matilah kamu,” kata Abu Nawas.
Sang Hakim pun
pura-pura mati dan kabar kematiannya pun didengar oleh masyarakat. Saat jasad
Hakim diusung menuju pemakaman terpapaslah dengan raja, raja pun kaget karena
baru tahu kalau Hakim jabnip sudah meninggal.
Raja pun
membuka keranda melihat wajah Hakim itu terakhir kalinya, tapi ketika dibuka
Hakim tersenyum ke Baginda Raja dan mengetipkan matanya.
“ Kenapa Hakim
yang masih hidup kau katakan meninggal Abu Nawas?,” kata raja Harun ar-rasyid.
“Itulah bukti
kebodohan Hakim Jabip yang aku katakan hari ketika syukuran,” kata Abu Nawas.
Mendengar
jawaban Abu Nawas Raja ketawa terpingkal-bingkal sementara warga yang dikerjain
merasa kesal.
Komentar